Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki
Kisah Sulastri dan Empat Lelaki mengenah dihati pembaca. Gaya bahasa yang dipakai sederhana dengan istilah-istilah yang sering didengarkan oleh khalayak ramai. Sementara itu, perjalanan Sulastri terkesan seperti masa lampau. Ketika zaman nabi Musa AS, saat berpijak dengan keteguhan bahwa masih ada penolong yang menjadi pegangan. Dengan begitu, Sulastri meminta setulus hatinya agar ditolong dari kekejaman Firaun pada kisah tersebut, yang ingin memerbudak Sulastri dengan paksa dan perintahnya. Tidak luput dengan campur tangan polisi dan perantara yang memang sudah berdiskusi di balik layar dengan memerjual belikan manusia dengan embel-embel pulang ke tanah air tercinta. Nyatanya uang seribu real itu dipergunakan untuk menyuap polisi dan masuk ke kantong perantara sebagai uang tranportasi dan uang makan. Sementara Sulastri juga tidak memunyai uang tersebut. Suaminya, Markam seorang yang suka bertapa di dekat makam sungai Bengawan Solo yang diyakini akan membawa berkah. Tetapi ketika Markam pulang selalu dengan tangan hampa. Anak dan istrinya ditelantarkan dengan kesia-siaan waktu yang dipergunakan bertapa. Sungguh malang sekali nasib Sulastri. Sudah jatuh, tertimpa pohon.
Dalam kutipan di atas digambarkan bahwa Fir’aun yang seolah menampakan diri di depan Sulastri, kemudian Fir’aun mengejar Sulastri karena menganggapnya sebagai budak yang menyembahnya. Sulastri yang ketakutan pun berlari menghindari kejaran Fir’aun. Jika mengingat kisah tentang penguasa Mesir yang bengis dahulu yaitu Fir’aun, ia menganggap bahwa dirinya sebagai Tuhan dan semua orang harus tunduk dan patuh terhadap perintahnya, oleh sebab itu, Allah SWT menurunkan Nabi Musa AS untuk menyadarkan Fir’aun.
Selanjutnya, Sulastri yang terus berlari dari kejaran Fir’aun akhirnya melompat dari atas tanggul, di sana Sulastri ditampakan oleh seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang, dan menggunakan kain putih menutup perut hingga lutut yang dikenal sebagai Nabi Musa AS. Dalam kutipan sebagai berikut. Di depannya muncul seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang. Lelaki itu mengenakan kain putih menutup perut hingga lutut...Wajah tampak teduh. Tangan kanannya membawa tongkat dari kayu kering...
Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini tidak hanya membahas mengenai keterkaitan antara kisah Nabi Musa AS saja, namun juga membahas mengenai kejadian yang sering terjadi di Indonesia dimana seseorang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan bahkan tergolong musyrik yaitu melakukan ritual untuk mendapatkan benda-benda yang dianggap sakral atau memiliki kemampuan magis yang dapat mendatangkan kekayaan. Hal tersebut digambarkan terjadi pada suami Sulastri yang bernama Markam dalam kutipan sebagai berikut.
Ya, Musa….” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)
Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini tidak hanya membahas mengenai keterkaitan antara kisah Nabi Musa AS saja, namun juga membahas mengenai kejadian yang sering terjadi di Indonesia dimana seseorang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan bahkan tergolong musyrik yaitu melakukan ritual untuk mendapatkan benda-benda yang dianggap sakral atau memiliki kemampuan magis yang dapat mendatangkan kekayaan. Hal tersebut digambarkan terjadi pada suami Sulastri yang bernama Markam dalam kutipan sebagai berikut.
...dia menatap ke seberang sungai ke arah Desa Titik. Tampak ada kuburan yang dirimbuni pepohonan besar. Di sana ada seorang lelaki bertapa menginginkan kehadiran benda-benda pusaka, membiarkan istri dan anak-anaknya jatuh bangun mempertahankan nyawa. (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)
Hal seperti itu sangat sering terjadi di Indonesia, meskipun di jaman yang serba digital saat ini pun hal-hal seperti itu masih sering ditemui. Saat melihat siaran berita di televisi terkadang masih banyak berita-berita yang membahas mengenai hal-hal seperti itu, saking tenarnya ada sebuah acara di televisi yang mengangkat tema mengenai kejadian-kejadian mistis atau akibat dari melakukan pesugihan dan banyak orang yang suka untuk menonton acara tersebut termasuk saya, hal tersebut berguna untuk mengambil pesan-pesan positif yang ingin disampaikan, sehingga acara dengan mengangat tema hal-hal yang mistis pun mendapatkan rating yang tinggi. Sebenarnya di Indonesia sendiri hal-hal mistis sudah seperti kebudayaan yang mengakar sejak jaman dahulu namun kita harus bijak dalam bertindak, jika hal-hal seperti itu digunakan untuk hal yang positif misalnya untuk melestarikan kebudayaan dan menghormati para leluhur kita tentu boleh saja dilakukan, namun jika hal seperti itu dilakukan untuk hal yang negatif seperti untuk kepentingan pribadi dan menjerumus ke arah musyrik tentu saja hal tersebut tidak boleh untuk dilakukan.
“Saya seorang perempuan, ya Musa.”
“Perempuan atau laki diwajibkan mengubah nasibnya sendiri.”
Sebuah kutipan yang menarik. Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan sebenarnya perempuan dapat menjadi diri mereka sendiri. Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk bekerja. Namun seringkali perempuan sendiri tidak sadar bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menentukan nasib mereka sendiri. Dalam kutipan tersebut sosok Musa adalah orang yang menyadari betul bahwa laki-laki dan perempuan ialah hakikatnya sama untuk menentukan nasibnya sendiri. Perempuan dapat bebas dan tidak bergantung pada laki-laki.
Adapun juga dalam cerpen tersebut menceritakan perempuan mengalami bentuk kekerasan. Ada beberapa kekerasan yang dialami oleh Sulastri. Kekerasan tersebut ialah kekerasan secara fisik. Kekerasan fisik sendiri yang dialami ialah ketika Sulastri saat tertangkap oleh Firaun dan rambutnya ditarik hingga jebol. Hal tersebut menunjukan bahwa perempuan seringkali mengalami bentuk kekerasan fisik. Tidak hanya dalam cerpen tersebut, di kehidupan nyata sendiri banya sekali perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan dari laki-laki. lihat saja di Indonesia banyak sekali kekerasan yang dialami oleh perempuan. Mulai dari KDRT dan sebagainya. Maka dari itu para aktivis menekankan agar RUU PKS untuk segera disahkan.
Dalam cerpen berjudul sulastri dan empat lelaki ini, sangat jelas digambarkan ekonomi yang dialami oleh sulastri sangatlah jauh dari kata sempurna. Memang benar, di dunia ini tidak ada yang sempurna karena, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Tetapi, ekonomi sulastri ini sangat tragis sekali. Dan budaya di negara sulastri sangat kental sekali, kentalnya melebihi susu kental manis. Hal ini terlihat dari masih adanya peraturan bahwa budak harus patuh kepada perintah tuannya. Saat sulastri ditinggalkan oleh suaminya, ia pun dikejar-kejar oleh firaun, karena firaun meminta ia untuk mematuhi perintahnya sebagai tuan. Sulastri pun tidak menggubris perintah firaun tersebut, akhirnya sulastri pun berlari untuk menjauh dari firaun, tetapi firaun pun tak menyerah dan terus mengejar sulastri. Namun, saat diperjalanan sulastri pun bertemu dengan sosok yang ia panggil musa, dan musa pun memberikan bantuan kepada sulastri agar terhindar dari firaun. Bantuan tersebut berupa sebuah tongkat dan tongkat tersebut dapat membuat firaun musnah.
Jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, tentunya ini tidak logis. Karena, di tahun 2021 ini sudah termasuk dalam era modern dan teknologi semakin berkembang sangat pesat. Jadi, hal tersebut tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia-manusia jaman sekarang. Jika ada seseorang akan dibunuh oleh penjahat, maka sesorang tersebut akan berlari ke kantor polisi untuk meminta perlindungan kepada polisi, agar terhindar dari penjahat tersebut. Jika, seseorang tersebut berada di kantor polisi maka, tidak akan dibunuh oleh penjahat. Karena, penjahatnya pun tidak berani menginjakkan kakinya di kantor polisi, hal tersebut sama saja dengan ia menyerahkan diri ke kandang harimau.
Itu di kehidupan nyata benar-benar logis sekali yang dilakukan berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh sulastri dalam cerpen tersebut. Terkait dengan religi dalam cerpen tersebut, sangat jelas bahwa semua manusia menyembah berhala dan matahari. Mereka tidak menyembah tuhan yang telah menciptakkan ia di dunia ini. Dari segi religi saja sudah salah, maka terlihat jelas bahwa kehidupan mereka sangatlah rumit. Mereka tidak menyembah tuhan melainkan yang mereka sembah adalah berhala.
Suami sulastri pun juga menyembah berhala, maka kehidupannya pun menjadi tersesat. Sama saja seperti ada jalan menuju surga tetapi ia lebih memilih jalan menuju neraka. Terlihat bahwa kehidupan, sikap dari suami sulastri sangatlah buruk. Jika, dikaitkan dengan kehidupan nyata hal ini masih banyak dilakukan oleh beberapa manusia di dunia ini. Walaupun zaman sudah modern, tetapi masih saja ada manusia yang menyembah seperti itu. Misalnya, bertapa di gua, laut, bahkan berguru dengan orang pintar (Dukun) untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Bahkan, bisa juga untuk memusnahkan manusia yang ia benci. Dengan cara pergi ke dukun untuk mengirim santet kepada lawan. Hal ini masih ada di Indonesia. Yang mereka lakukan tersebut sangatlah hal yang merugikan, karena hidup di dunia ini hanya satu kali, maka berbuatlah sebaik mungkin. Bahwa kehidupan yang abadi adalah di alam akhirat.
Amanat yang dapat diambil oleh pembaca cerpen berjudul sulastri dan empat lelaki adalah;
a. kita sebagai manusia harus sadar dalam hal baik maupun buruk.
b. kita sebagai manusia aharus ikhlas dalam membatu dalam semama manusia
c. Jadilah manusia yang berilaku dalam kepemimpin yang adil untuk rakyatnya.
d. Jangan pernah mengikuti ajakan setan ( Menyembah berhala, dan lain-lain).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar