Puisi di atas merupakan salah satu karya seorang sastrawan yang bernama Mashuri. Mashuri lahir di Lamongan 27 April 1976. Mashuri adalah lulusan dari Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada. Mashuri telah banyak menulis puisi, cerpen, esai, novel, naskah drama, sejarah lokal, dan kajian ilmiah. Salah satu hasil karya beliau adalah puisi di atas dengan judul “Hantu Kolam”, “Hantu Musim”, dan “Hantu Dermaga”.
Menurut Pradopo (2009:7), puisi merupakan ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.Seperti dalam puisi di atas, setiap judulnya diawali dengan kata “Hantu”. Kata hantu merujuk pada arwah seseorang yang telah meninggal dunia atau sosok yang kasat mata, tidak dapat dilihat dengan jelas.
Dalam puisi pertama dengan judul sowan tersebut menggambarkan bahwa kehidupan yang ada saat ini bahwa kita sebagai manusia tersebut harus menjalani kejamnya kehidupan yang ada saat ini serta kita harus senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Selain itu kita sebagai manusia juga harus memiliki wawasan yang luas karena dengan wawasan luas tersebut kita dapat membangun sebuah kemajuan dalam peradaban ini selain itu pula kemenangan dalam pesta tersebut dapat kita raih dengan prestasi ataupun apresiasi keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing individu yang juga merupakan makhluk sosial yang hidup harus berdampingan dan juga butuh bantuan serta bergotong royong dan hidup dalam kerukunan didalam beragama dikarenakan dalam hal tersebut bahwa perbedaan itu sangat indah.
Di dalam puisi yang pertama dengan judul “Sowan” ini memiliki makna yaitu pada baris awal-awal dalam bait puisi tersebut yaitu
akhirnya sampai juga aku di tepi danaumu, mencicipi
bening tirta, mencoba menjadi pengail dekil yang tak
berharap dapat menangkap ikan-ikan purwapurna, kerna
miskin teknik, umpan, dan doa.
Di mana makna puisi tersebut adalah suatu pencapaian dalam memperjuangkan untuk mendapatkan misi kehidupan ini tersebut haruslah butuh sebuah pengorbanan karena dengan pengorbanan tersebut kita bisa belajar sesuatu dari sebelumnya agar kita dapat menjadi orang yang lebih baik kedepannya nanti karena kesuksesan yang kita raih saat ini tersebut merupakan bibit yang kita tanam dimasa lalu yang nantinya akan menjadi buah yang bermanfaat dimasa yang akan datang.
Kemudian puisi yang kedua yaitu dengan judul hantu musim karya mashuri. Puisi ini sudah diawali dengan kata hantu namun pada maknanya tidak ada kaitanya dengan hantu. Puisi hantu musim memiliki makna atau menggambarkan suasana sawah yang sedang berganti musim. Semua tanaman yang ada di sawah tumbuh dengan subur seperti padi dan lainnya. Pada puisi tersebut memiliki makna yang sangat menarik karena menggunakan bahasa yang tidak mudah atau tidak biasa digunakan sastrawan yang lainnya. Kata hantu pada puisi ini mengisahkan sebuah petani yang sedang was-was karena adanya musim yang berganti karena mereka bisa mengalami gagal panen pada musim ini. Perubahan musim pada puisi ini mengibaratkan sosok hantu yang menakutkan bagi para petani.
Kemudian puisi yang ketiga yaitu yang berjudul “Hantu Dermaga” ini, namun sama seperti halnya pada puisi kedua dan ketiga tidak ada kaitannya dengan sosok hantu melainkan penulis mengibaratkan bahwa sebuah kondisi saat kapal sedang berlayar atau mengambang di lautan, sebuah hal yang menakutkan karenakita tidak tahu apa yang akan terjadi karena hanya ada lautan tanpa daratan, sama halnya dengan sosok hantu yang dikenal menakutkan.
Pada puisi pertama terdiri dari 4 bait dan 23 baris, puisi kedua terdiri dari 3 bait dan 19 baris, puisi ketiga terdiri dari 2 bait dan 20 baris. Setiap karya sastra memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari puisi di atas yaitu ketiga puisi tersebut memiliki keterkaitan yaitu dimana judulnya berkaitan dengan kata “Hantu”, kemudian jika dilihat dari puisi pertama, kedua, dan ketiga baitnya berurutan yaitu 4, 3, dan 2, selain itu puisi di atas ditulis dalam tahun yang sama yaitu 2012. Kekurangan dari puisi di atas adalah pemilihan kata yang digunakan sulit untuk dipahami, sehingga sulit untuk memahami makna dari puisi tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap penulis, sastrawan, memiliki gaya menulis mereka masing-masing, hal tersebut membuat hasil karya sastra mereka menjadi menarik untuk dinikmati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar