Dalam dunia sastra, nama M. Shoim Anwar tidak asing lagi. Sastrawan yang lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur sudah berada di dunia sastra sejak lama. Ia dikenal sebagai cerpenis, namun tulisan-tulisannya dimunculkan juga dalam bentuk esai sastra.
Ia setamat dari SPG di kota kelahirannya pada tahun 1984 melanjutkan ke jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , IKIP Surabaya atau Universitas Negeri Surabaya, hingga memeroleh gelar doctor. Program S2 dan S3 diselesaikan dengan predikat cumlaude. Shoim Anwar banyak menulis cerpen, novel, esai dan puisi yang dimuat diberbagai media. Seperti beberapa cerpen yang akan diulas dalam kritik esai berikut.
Cerpen karya M. Shoim Anwar yang akan diulas adalah Sorot Mata Syaila, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, Tahi Lalat dan Jangan ke Istana, Anakku. Dari kelima cerpen tersebut terdapat persamaan di dalamnya meskipun dengan judul yang berbeda-beda. Kesamaan tersebut terlihat dimana sama-sama menggambarkan tentang kehidupan yang seperti realita, sosial, percintaan meskipun rasa cinta dijelaskan dan ditujukan dengan tujuan yang berbeda-beda dan kepada orang yang berbeda-beda.
Dalam Sorot Mata Syaila menggambarkan kasih cinta kepada seorang perempuan yang bertemu di dalam pesawat yang terpancar dari sorot matanya hingga membuat sang laki-laki rasanya ingin berlama-lama dengan Syaila. Hal ini seperti menggambarkan realitas kehidupan bahwa merupakan suatu hal yang wajar jika seseorang memiliki rasa cinta kepada lawan jenis yang menurutnya mengagumkan baginya. Dalam cerpen Sepatu Jinjit Aryanti rasa cinta dijelaskan dan ditujukan seorang laki-laki tua yang sangat mencintai perempuan yang sangat cantik bernama Arianti. Untuk Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue persamaan terletak pada kehidupan sosial yang berhubungan dengan hukum. Untuk cerpen dengan judul Tahi Lalat persamaan digambarkan tentang kehidupan realitas masyarakat yang biasa membicarakan orang lain jika memang ada hal yang mengandung bahan pergunjingan seperti Bu Lurah yang diceritakan oleh masyarakatnya. Yang terakhir pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku persamaan terlihat pada rasa cinta terhadap anaknya, karena ia telah merasakan pahitnya masa lalu hidup dalam kurungan pagar istana, dengan begitu tentunya seorang ayah tidak ingin anaknya merasakan hal yang sama dengannya. Namun selain persamaan-persamaan yang terdapat dalam masing-masing cerpen tersebut masih akan dianalisis lebih dalam terkait masing-masing cerita tersebut. Yaitu, yang pertama terkait dengan cerpen Sorot Mata Syaila,
Dalam cerpen ini Sorot Mata Syaila karya M. Shoim Anwar ini menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari yang kerap diberbincangkan oleh masyarakat dan juga menjadi problem bagi banyak orang dan tentunya harus bisa dihilangkan, yaitu tentang koruptor. Seperti dalam penggalan kutipan berikut sekarang aku berpikir persoalanku sendiri. Aku berharap penerbanganku terlambat, bila perlu ditunda dalam waktu yang panjang. Alasan melaksanakan ibadah ke tanah suci dan ziarah ke makam nabi-nabi sudah kulalui. Semua itu aku lakukan untuk memperlambat proses hukum sambil mencari terobosan lain, termasuk tidak hadir saat dipanggil untuk diperiksa penyidik. Dalam kutipan tersebut jelas tergambar bahwa seseorang tersebut berusaha untuk mengulur-ulur waktu sehingga proses hukum tidak dapat segera dilaksanakan. Dalam cerpen tersebut menggambarkan tokoh “Aku” yang licik tidak berani untuk bertanggung jawab dengan perbuatannya bahkan dia berani untuk menyewa pengacara dengan cukup mahal supaya bisa membantunya. Saat tokoh “Aku” tersebut berusaha untuk melarikan diri ia bertemu dengan tokoh Syaila. Saat pertemuan tersebut penulis membuat adegan yang mesra meskipun dalam akhir cerita penulis membuat cerita dengan penuh tanda Tanya.
Selanjutnya dalam cerpen yaitu Sepatu Jinjit Aryanti menggambarkan kisah percintaan antara seorang laki-laki tua dengan perempuan cantik bernama Aryanti. Cerpen ini menggambarkan realitas kehidupan antaara seorang atasan dengan pegawainya. Penulis mencoba menggugah pembaca untuk dapat memahami maksud dari cerita tersebut yang pada awalnya seorang wanita tersebut berprofesi sebagai seorang candy di lapangan golf.
Pada awal cerita tokoh Aryanti mencoba untuk memposisikan diri sebagai seorang wanita yang tidak mudah tergoda dengan laki-laki yang dalam cerita tersebut ingin mengajaknya mandi bersama. Seperti dalam kutipan tersebut
“Saya mandi dulu, Bapak,” kata Aryanti sambil beranjak. Rambutnya panjang tergerai luruh ke dada.
“ Mandi bareng aja,” aku menengok ke arahnya. Handuk biru mudah sudah tercangklong di pundak. Sementara tangan kirinya mengenggam pakaian dalam warna krem.
“Jangan ah” Jawabnya manja.
“Ikut mandi,” aku mengetuk-ngetuk pintu. Silute itu terdiam. Kuulangi lagi kata-kata itu. Iseng tapi juga penuh harap.
“Ah, Bapak. Jangan aaah…,” terdengar Aryanti menjawab. Manja di telingaku.
“Keburu udara makin dingin nanti.”
“Kan ada air panasnya di shower, Bapak.”
Dalam kutipan di atas tokoh Aryanti berusaha untuk menjaga dirinya dan harga dirinya sebagai seorang perempuan supaya tidak dilecehkan dengan melakukan upaya penolakan kepada laki-laki. Berbeda dengan kutipan di bawah ini
“Kau merindukan siapa?” aku membuka pembicaraan lagi, dia terdiam beberapa saat. Dipegang-pegang pipi kirinya bagian bawah. Sejenak dia melepas kaca mata yang mulai terbiasa digunakan.
“Kau rindu dengan dia?” kembali aku membuka Tanya. Aryanti membalik pandang ke arahku dengan dengan pelan.
“Siapa yang bapak maksud?” tampak matanya berkedip sayu.
“Kau telah melakukannya. Jangan kau jilat kembali,” kataku. Aryanti terdiam beberapa lama. Dia makin fokus menatapku. Ada kekuatan di matanya kali ini. Perempuan itu mendekat.
“Tak akan saya jilat lagi karena sudah tak mungkin. Tapi apakh tidak boleh saya mengingatnya?”
“Kau tidak memiliki banyak kata untuk itu,” aku menyambungnya.” Hanya ada satu yang aku ingat akan kata-katamu.”
“Apa itu Bapak?” kali ini Aryanti membalasnya dengan cepat.
“Harus tega walau sangat berat.”
Dalam kutipan diatas tampak Aryanti yang begitu menyesal telah menjebak seorang lai-laki yang selama ini sudah membuat dirinya bahagia. Namun apa daya, Aryanti tidak memiliki keberanian untuk menolak perintah atasannya tersebut. Mereka memang bersekongkol. Bahkan Aryanti tidak diizinkan untuk berkomunikasi dengan keluarganya sendiri, Aryanti sungguh dalam keadaan yang menderita. Dalam cerita tersebut menjelaskan tentang realita antara bawahan dan atasan yang terkadang atasan bisa seenaknya sendiri melakukan bawahannya dengan semaunya.
Cerpen selanjutnya yaitu tentang Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue. Dalam cerpen ini menggambarkan tentang seseorang yang terkena kasus hukum yaitu Bambi dan perempuan muda bernama Anik. Dalam cerita tersebut Anik berusaha untuk menyelesaikan persoalan Bambi tetapi Bambi tidak menanggapinya. Perempuan itu sebagai klien Bambi merasa dibohongi terkait dengan kasus perkara perdata atau perselisihan hubungan antara orang yang satu dengan yang lain terkait hak dan kewajiban atau perintah dalam suatu keputusan dan perjanjian yang akan memenangkan perkara persidangan dengan syarat harus memberikan uang sesuai dengan syarat yang diberikan dengan alasan untuk meminta tolong kepada anggota majelis lainnya supaya bisa menang. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
“Putusanmu. Mengapa aku kau kalahkan?”
“Saya sudah mengusahakan agar kau yang menang di pengadilan, tapi taka da di sseting opinion.”
“Bagaimana ada, wong hakim tunggal, Cuma kamu saja!”
“Pengacara tergugat pintar. Dia bisa menggugurkan tuntutan jaksa.”
“Tapi mengapa dulu kamu mendorong-dorong agar aku menggugat perkara itu. Kamu panas-panasi aku. Kamu menjanjikan akan memenangkan aku. Terus untuk apa kamu minta uang segitu banyak yang katanya untuk minta tolong pada anggota majelis lainnya? Kau bagikan pada siapa saja uang itu? Atau kau nikmati sendiri?”
“Jangan bicara seperti itu. Kamu bisa dikenakan pasal perbuatan tidak menyenangkan dan mencemarkan nama baik.”
“Aku tidak bodoh. Saat penyerahan uang itu di rumah, aku sudah pasang CCTV agar bisa merekam semuanya. Sudah terlanjut basah.”
Dalam kutipan tersebut menggambarkan bahwa Anik merasa Geram dengan Bambi karena Bambi tidak menepati janjinya untuk memenangkan di persidangan. Anik merasa tidak terima dengan perlakukan Bambi hingga akhirnya dia mendekap kedua tangan Bambi dan tidak mau melepaskannya.
Cerita selanjutnya terkait dengan cerpen berjudul Tahi Lalat yang menggambarkan tentang kehidupan pejabat dan istrinya dan permasalahan-permasalahan rumah tangga mereka. Banyak masyarakat yang membicarakan istri pejabat tersebut. Pak lurah tersebut tidak pernah melihat bagaimana keadaan masyarakatnya. Bahkan pak lurah sering menggunakan cara kotor untuk mengelabuhi masyarakat dengan cara memindah garis tanah atau sawah yang sudah ditentukan. Dalam menjalankan tugas-tugasnya pak lurah ini tidak sesuai dengan janji-janji yang ia sampaikan ketika diadakannya demo. Bahkan pak lurah mencurigai istrinya selingkuh dengan laki-laki lain sehingga dia menceraikannya. Pada akhirnya pak lurah menikah lagi dengan dengan perempuan yang umurnya jauh lebih muda darinya. Pak lurah melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai kepala desa. Pak lurah sengaja melakukan pengambilan tanah sawah milik masyarakat untuk dibangun perumahan elit dan juga strategis, tidakan pak lurah ini banyak merugikan masyarakatnya.
Pengarang cerpen ini menampilkan permasalahan yaitu isu keberadaan tahi lalat di dada istri pak lurah tetapi selain itu pengarang menampilkan sikap pemimpin yang bekerja tidak benar, melainkan bekerja kotor demi keuntungan dalam dirinya dan tidak memperhatikan kerugian masyarakatnya.
Hubungan antara cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah dengan dunia nyata saat ini bahwa Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah sangat lekat dengan kehidupan nyata. Pada bagian awal cerita dikisahkan bahwa kabar tentang adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin menyebar di masyarakat. Sama halnya jika di dalam kehidupan nyata terdapat sebuah kabar baik maupun tidak baik dalam lingkungan masyarakat, kabar tersebut akan segera beredar dari mulut ke mulut di setiap warga. Hal tersebut terdapat dalam kutipan tersebut.
Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya. Itulah kabar yang menyebar di tempat kami. Entah dari mana dan siapa yang pertama kali meniupkan. Keberadannya seperti wabah: merambat, menjalar, dan mengalir bersama angin. Lembut tapi pasti. Berita itu disuarakan dari mulut ke mulut dengan kasak-kusuk, dari warung ke warung, dari pos ke pos, dan dari kerumunan ke kerumunan.
Banyak masyarakat yang sering kali mencari kesalahan orang lain untuk dijadikan bahan bergunjing dan membicarakan sesuatu yang tidak sesuai dengan fakta, tetapi hal tersebut sepertinya sudah menjadi kebiasaan buruk dalam masyarakat. Terlihat masyarakat dalam cerpen menjadikan keluarga Pak Lurah sebagai bahan gunjingan.
Cerpen ini memiliki pesan moral terhadap masyarakat khususnya para pemimpin bahwa mereka tidak boleh jabatannya tersebut disalahgunakan yang akan memberikan dampak bagi masyarakatnya. Seharusnya sebagai pemimpin harus memberikan contoh dan juga kenyamanan bagi masyarakatnya. Ketika mereka berjanji di hadapan masyarakat sebelum dilantik sebagai pemimpin dan setelah menjadi pemimpin harus dilaksanakan sesuai dengan janjinya karena masyarakat memberikan amanat atau kepercayaan kepada pemimpin tersebut.
Kelebihan dari cerpen ini adalah dapat dijadikan sebagai wawasan tentang kehidupan sehari-hari khusunya dalam dunia politik.
Untuk cerpen yang terakhir adalah Jangan ke Istana, Anakku ini menggambarkan tentang kehidupan seseorang yang bersangkutan dengan sebuah istana. Dia bukan seorang raja maupun ratu seperti di negeri dongeng. Tetapi ia adalah seseorang yang dalam hidupnya harus bekerja menjadi penjaga istana. Meninggalkan istri dan anaknya. Ia adalah seorang rakyat kecil dengan kehidupan yang sederhana, namun ia dipilih oleh istana untuk menjadi penjaga di sana bahkan dia tida berani untuk menolak karena jika dia menolak sama saja dengan mencari kematian.
Dalam hal ini seperti menggambarkan realita pada saat ini yang masih banyak masyarakat yang hidup susah atau tidak mampu, namun mereka harus meninggalkan keluarganya untuk mencari ekonomi. Bahkan di zaman sekarang ini banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk merantau supaya mendapatkan upah yang lebih banyak dibandingkan dengan kerja di tempatnya sendiri dengan upah yang lebih sedikit.
Dalam cerpen tersebut menceritakan tokoh “Aku” memiliki anak bernama Dewi yang ingin nekat masuk ke istana padahal sudah dilarang. Karena hal nekatnya tersebut membuat ia dilirik oleh sang raja akibatnya ayahnya harus rela untuk menyusul anaknya tersebut entah hal apa yang terjadi setelah kejadian itu yang terpenting adalah anaknya terlebih dahulu. Karena di kerajaan sang raja memiliki hak dan wewenang untuk melakukan apa yang dia inginkan. Jika dihubungkan dengan realitas saat ini banyak orang yang rela melakukan pekerjaan berat, pergi merantau meninggalkan keluarga untuk mendapatkan upah yang lebih banyak lagi.