Sabtu, 10 Juli 2021

KRITIK ESAI LIMA CERPEN M. SHOIM ANWAR

Dalam dunia sastra, nama M. Shoim Anwar tidak asing lagi. Sastrawan yang lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur sudah berada di dunia sastra sejak lama. Ia dikenal sebagai cerpenis, namun tulisan-tulisannya dimunculkan juga dalam bentuk esai sastra. 

Ia setamat dari SPG di kota kelahirannya pada tahun 1984 melanjutkan ke jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , IKIP Surabaya atau Universitas Negeri Surabaya, hingga memeroleh gelar doctor. Program S2 dan S3 diselesaikan dengan predikat cumlaude. Shoim Anwar banyak menulis cerpen, novel, esai dan puisi yang dimuat diberbagai media. Seperti beberapa cerpen yang akan diulas dalam kritik esai berikut.

Cerpen karya M. Shoim Anwar yang akan diulas adalah Sorot Mata Syaila, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, Tahi Lalat dan Jangan ke Istana, Anakku. Dari kelima cerpen tersebut terdapat persamaan di dalamnya meskipun dengan judul yang berbeda-beda. Kesamaan tersebut terlihat dimana sama-sama menggambarkan tentang kehidupan yang seperti realita, sosial,  percintaan meskipun rasa cinta dijelaskan dan ditujukan dengan tujuan yang berbeda-beda dan kepada orang yang berbeda-beda. 

Dalam Sorot Mata Syaila menggambarkan kasih cinta kepada seorang perempuan yang bertemu di dalam pesawat yang terpancar dari sorot matanya hingga membuat sang laki-laki rasanya ingin berlama-lama dengan Syaila. Hal ini seperti menggambarkan realitas kehidupan bahwa merupakan suatu hal yang wajar jika seseorang memiliki rasa cinta kepada lawan jenis yang menurutnya mengagumkan baginya. Dalam cerpen Sepatu Jinjit Aryanti rasa cinta dijelaskan dan ditujukan seorang laki-laki tua yang sangat mencintai perempuan yang sangat cantik bernama Arianti. Untuk Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue persamaan terletak pada kehidupan sosial yang berhubungan dengan hukum. Untuk cerpen dengan judul Tahi Lalat persamaan digambarkan tentang kehidupan realitas masyarakat yang biasa membicarakan orang lain jika memang ada hal yang mengandung bahan pergunjingan seperti Bu Lurah yang diceritakan oleh masyarakatnya. Yang terakhir pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku persamaan terlihat pada rasa cinta terhadap anaknya, karena ia telah merasakan pahitnya masa lalu hidup dalam kurungan pagar istana, dengan begitu tentunya seorang ayah tidak ingin anaknya merasakan hal yang sama dengannya. Namun selain persamaan-persamaan yang terdapat dalam masing-masing cerpen tersebut masih akan dianalisis lebih dalam terkait masing-masing cerita tersebut. Yaitu, yang pertama terkait dengan cerpen Sorot Mata Syaila, 

Dalam cerpen ini  Sorot Mata Syaila karya M. Shoim Anwar ini menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari yang kerap diberbincangkan oleh masyarakat dan juga menjadi problem bagi banyak orang dan tentunya harus bisa dihilangkan, yaitu tentang koruptor. Seperti dalam penggalan kutipan berikut sekarang aku berpikir persoalanku sendiri. Aku berharap penerbanganku terlambat, bila perlu ditunda dalam waktu yang panjang. Alasan melaksanakan ibadah ke tanah suci dan ziarah ke makam nabi-nabi sudah kulalui. Semua itu aku lakukan untuk memperlambat proses hukum sambil mencari terobosan lain, termasuk tidak hadir saat dipanggil untuk diperiksa penyidik. Dalam kutipan tersebut jelas tergambar bahwa seseorang tersebut berusaha untuk mengulur-ulur waktu sehingga proses hukum tidak dapat segera dilaksanakan. Dalam cerpen tersebut menggambarkan tokoh “Aku” yang licik tidak berani untuk bertanggung jawab dengan perbuatannya bahkan dia berani untuk menyewa pengacara dengan cukup mahal supaya bisa membantunya. Saat tokoh “Aku” tersebut berusaha untuk melarikan diri ia bertemu dengan tokoh Syaila. Saat pertemuan tersebut penulis membuat adegan yang mesra meskipun dalam akhir cerita penulis membuat cerita dengan penuh tanda Tanya. 


Selanjutnya dalam cerpen yaitu Sepatu Jinjit Aryanti menggambarkan kisah percintaan antara seorang laki-laki tua dengan perempuan cantik bernama Aryanti. Cerpen ini menggambarkan realitas kehidupan antaara seorang atasan dengan pegawainya. Penulis mencoba menggugah pembaca untuk dapat memahami maksud dari cerita tersebut yang pada awalnya seorang wanita tersebut berprofesi sebagai seorang candy di lapangan golf. 

Pada awal cerita tokoh Aryanti mencoba untuk memposisikan diri sebagai seorang wanita yang tidak mudah tergoda dengan laki-laki yang dalam cerita tersebut ingin mengajaknya mandi bersama. Seperti dalam kutipan tersebut

“Saya mandi dulu, Bapak,” kata Aryanti sambil beranjak. Rambutnya panjang tergerai luruh ke dada. 

“ Mandi bareng aja,” aku menengok ke arahnya. Handuk biru mudah sudah tercangklong di pundak. Sementara tangan kirinya mengenggam pakaian dalam warna krem. 

“Jangan ah” Jawabnya manja.

“Ikut mandi,” aku mengetuk-ngetuk pintu. Silute itu terdiam. Kuulangi lagi kata-kata itu. Iseng tapi juga penuh harap.

“Ah, Bapak. Jangan aaah…,” terdengar Aryanti menjawab. Manja di telingaku. 

“Keburu udara makin dingin nanti.”

“Kan ada air panasnya di shower, Bapak.” 

Dalam kutipan di atas tokoh Aryanti berusaha untuk menjaga dirinya dan harga dirinya sebagai seorang perempuan supaya tidak dilecehkan dengan melakukan upaya penolakan kepada laki-laki. Berbeda dengan kutipan di bawah ini

“Kau merindukan siapa?” aku membuka pembicaraan lagi, dia terdiam beberapa saat. Dipegang-pegang pipi kirinya bagian bawah. Sejenak dia melepas kaca mata yang mulai terbiasa digunakan. 

“Kau rindu dengan dia?” kembali aku membuka Tanya. Aryanti membalik pandang ke arahku dengan dengan pelan.

“Siapa yang bapak maksud?” tampak matanya berkedip sayu.

“Kau telah melakukannya. Jangan kau jilat kembali,” kataku. Aryanti terdiam beberapa lama. Dia makin fokus menatapku. Ada kekuatan di matanya kali ini. Perempuan itu mendekat. 

“Tak akan saya jilat lagi karena sudah tak mungkin. Tapi apakh tidak boleh saya mengingatnya?” 

“Kau tidak memiliki banyak kata untuk itu,” aku menyambungnya.” Hanya ada satu yang aku ingat akan kata-katamu.”

“Apa itu Bapak?” kali ini Aryanti membalasnya dengan cepat. 

“Harus tega walau sangat berat.” 

Dalam kutipan diatas tampak Aryanti yang begitu menyesal telah menjebak seorang lai-laki yang selama ini sudah membuat dirinya bahagia. Namun apa daya, Aryanti tidak memiliki keberanian untuk menolak perintah atasannya tersebut. Mereka memang bersekongkol. Bahkan Aryanti tidak diizinkan untuk berkomunikasi dengan keluarganya sendiri, Aryanti sungguh dalam keadaan yang menderita. Dalam cerita tersebut menjelaskan tentang realita antara bawahan dan atasan yang terkadang atasan bisa seenaknya sendiri melakukan bawahannya dengan semaunya. 


Cerpen selanjutnya yaitu tentang Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue. Dalam cerpen ini menggambarkan tentang seseorang yang terkena kasus hukum yaitu Bambi dan perempuan muda bernama Anik. Dalam cerita tersebut Anik berusaha untuk menyelesaikan persoalan Bambi tetapi Bambi tidak menanggapinya. Perempuan itu sebagai klien Bambi merasa dibohongi terkait dengan kasus perkara perdata atau perselisihan hubungan antara orang yang satu dengan yang lain terkait hak dan kewajiban atau perintah dalam suatu keputusan dan perjanjian yang akan memenangkan perkara persidangan dengan syarat harus memberikan uang sesuai dengan syarat yang diberikan dengan alasan untuk meminta tolong kepada anggota majelis lainnya supaya bisa menang. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut. 

“Putusanmu. Mengapa aku kau kalahkan?”

“Saya sudah mengusahakan agar kau yang menang di pengadilan, tapi taka da di sseting opinion.”

“Bagaimana ada, wong hakim tunggal, Cuma kamu saja!”

“Pengacara tergugat pintar. Dia bisa menggugurkan tuntutan jaksa.”

“Tapi mengapa dulu kamu mendorong-dorong agar aku menggugat perkara itu. Kamu panas-panasi aku. Kamu menjanjikan akan memenangkan aku. Terus untuk apa kamu minta uang segitu banyak yang katanya untuk minta tolong pada anggota majelis lainnya? Kau bagikan pada siapa saja uang itu? Atau kau nikmati sendiri?”

“Jangan bicara seperti itu. Kamu bisa dikenakan pasal perbuatan tidak menyenangkan dan mencemarkan nama baik.”

“Aku tidak bodoh. Saat penyerahan uang itu di rumah, aku sudah pasang CCTV agar bisa merekam semuanya. Sudah terlanjut basah.”

Dalam kutipan tersebut menggambarkan bahwa Anik merasa Geram dengan Bambi karena Bambi tidak menepati janjinya untuk memenangkan di persidangan. Anik merasa tidak terima dengan perlakukan Bambi hingga akhirnya dia mendekap kedua tangan Bambi dan tidak mau melepaskannya. 


Cerita selanjutnya terkait dengan cerpen berjudul Tahi Lalat yang menggambarkan tentang kehidupan pejabat dan istrinya dan permasalahan-permasalahan rumah tangga mereka. Banyak masyarakat yang membicarakan istri pejabat tersebut. Pak lurah tersebut tidak pernah melihat bagaimana keadaan masyarakatnya. Bahkan pak lurah sering menggunakan cara kotor untuk mengelabuhi masyarakat dengan cara memindah garis tanah atau sawah yang sudah ditentukan. Dalam menjalankan tugas-tugasnya pak lurah ini tidak sesuai dengan janji-janji yang ia sampaikan ketika diadakannya demo. Bahkan pak lurah mencurigai istrinya selingkuh dengan laki-laki lain sehingga dia menceraikannya. Pada akhirnya pak lurah menikah lagi dengan dengan perempuan yang umurnya jauh lebih muda darinya. Pak lurah melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai kepala desa. Pak lurah sengaja melakukan pengambilan tanah sawah milik masyarakat untuk dibangun perumahan elit dan juga strategis, tidakan pak lurah ini banyak merugikan masyarakatnya. 

Pengarang cerpen ini menampilkan permasalahan yaitu isu keberadaan tahi lalat di dada istri pak lurah tetapi selain itu pengarang menampilkan sikap pemimpin yang bekerja tidak benar, melainkan bekerja kotor demi keuntungan dalam dirinya dan tidak memperhatikan kerugian masyarakatnya.

Hubungan antara cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah dengan dunia nyata saat ini bahwa Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah sangat lekat dengan kehidupan nyata. Pada bagian awal cerita dikisahkan bahwa kabar tentang adanya tahi lalat di dada istri Pak Lurah semakin menyebar di masyarakat. Sama halnya jika di dalam kehidupan nyata terdapat sebuah kabar baik maupun tidak baik dalam lingkungan masyarakat, kabar tersebut akan segera beredar dari mulut ke mulut di setiap warga. Hal tersebut terdapat dalam kutipan tersebut.

Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya. Itulah kabar yang menyebar di tempat kami. Entah dari mana dan siapa yang pertama kali meniupkan. Keberadannya seperti wabah: merambat, menjalar, dan mengalir bersama angin. Lembut tapi pasti. Berita itu disuarakan dari mulut ke mulut dengan kasak-kusuk, dari warung ke warung, dari pos ke pos, dan dari kerumunan ke kerumunan.

Banyak masyarakat yang sering kali mencari kesalahan orang lain untuk dijadikan bahan bergunjing dan membicarakan sesuatu yang tidak sesuai dengan fakta, tetapi hal tersebut sepertinya sudah menjadi kebiasaan buruk dalam masyarakat. Terlihat masyarakat dalam cerpen menjadikan keluarga Pak Lurah sebagai bahan gunjingan. 

Cerpen ini memiliki pesan moral terhadap masyarakat khususnya para pemimpin bahwa mereka tidak boleh jabatannya tersebut disalahgunakan yang akan memberikan dampak bagi masyarakatnya. Seharusnya sebagai pemimpin harus memberikan contoh dan juga kenyamanan bagi masyarakatnya. Ketika mereka berjanji di hadapan masyarakat sebelum dilantik sebagai pemimpin dan setelah menjadi pemimpin harus dilaksanakan sesuai dengan janjinya karena masyarakat memberikan amanat atau kepercayaan kepada pemimpin tersebut. 

Kelebihan dari cerpen ini adalah dapat dijadikan sebagai wawasan tentang kehidupan sehari-hari khusunya dalam dunia politik. 


Untuk cerpen yang terakhir adalah Jangan ke Istana, Anakku ini menggambarkan tentang kehidupan seseorang yang bersangkutan dengan sebuah istana. Dia bukan seorang raja maupun ratu seperti di negeri dongeng. Tetapi ia adalah seseorang yang dalam hidupnya harus bekerja menjadi penjaga istana. Meninggalkan istri dan anaknya. Ia adalah seorang rakyat kecil dengan kehidupan yang sederhana, namun ia dipilih oleh istana untuk menjadi penjaga di sana bahkan dia tida berani untuk menolak karena jika dia menolak sama saja dengan mencari kematian. 

Dalam hal ini seperti menggambarkan realita pada saat ini yang masih banyak masyarakat yang hidup susah atau tidak mampu, namun mereka harus meninggalkan keluarganya untuk mencari ekonomi. Bahkan di zaman sekarang ini banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk merantau supaya mendapatkan upah yang lebih banyak dibandingkan dengan kerja di tempatnya sendiri dengan upah yang lebih sedikit. 

Dalam cerpen tersebut menceritakan tokoh “Aku” memiliki anak bernama Dewi yang ingin nekat masuk ke istana padahal sudah dilarang. Karena hal nekatnya tersebut membuat ia dilirik oleh sang raja akibatnya ayahnya harus rela untuk menyusul anaknya tersebut entah hal apa yang terjadi setelah kejadian itu yang terpenting adalah anaknya terlebih dahulu. Karena di kerajaan sang raja memiliki hak dan wewenang untuk melakukan apa yang dia inginkan. Jika dihubungkan dengan realitas saat ini banyak orang yang rela melakukan pekerjaan berat, pergi merantau meninggalkan keluarga untuk mendapatkan upah yang lebih banyak lagi.

Minggu, 27 Juni 2021

Kritik dan esai

 Lagu mapala merupakan sebuah karya dari seorang penyanyi terkenal yang bernama Judika beliau telah banyak menulis beberapa judul lagu dan sekaligus berperan sebagai penyanyi. Lagu mapala menceritakan tentang sepasang kekasih yang tidak direstui hubungannya oleh orang tuanya. Lelaki dalam cover video klip tersebut telah banyak melakukan berbagai cara agar orang tua dari perempuan memberikan restu untuk hubungannya. Pada mulanya hubungan sepasang kekasih tidak diketahui oleh orang tuanya karena mereka masih belum berani untuk memberitahu kepada orang tuanya terlihat dari pihak lelaki yang sangat mencintai kekasihnya yang rela melakukan apa saja demi kebahagiaan kekasihnya. Hari demi hari mereka lalui bersama tawa yang setiap hari menghiasi wajah kekasih membuatnya makin mencintainya namun hubungan mereka akhirnya diketahui oleh ibu dari sang perempuan yang akhirnya ibunya tidak setuju dengan hubungan mereka dan melarang untuk menjauhinya. kedua kekasih masih kekeh untuk mempertahankan hubungannya dan sang perempuan tidak kuat akhirnya berniat untuk meninggalkan rumah atau kabur dari rumah dengan menulis sebuah surat untuk ibunya namun hal tersebut diketahui oleh sang kekasih yang akhirnya memberi pengertian dan membujuk pada sang kekasih untuk kembali ke rumahnya.


          Hal yang menarik dari cover video klip lagu mapala karya Judika ialah sepasang kekasih yang tidak direstui rela melakukan apa saja demi mendapatkan restu dari orang tua terkait dengan hubungannya perilaku dari sang lelaki patut diteladani karena ketika perempuan meninggalkan rumah  ia mencoba memberi pengertian dan membujuk agar sang kekasih kembali ke rumahnya. Seorang kekasih harusnya memiliki sikap seperti itu karena sebagai seorang lelaki dapat memberikan contoh dan menuntun pasangannya untuk menjadi lebih baik lagi bukan memberikan dampak yang tidak baik dari hasil perjuangan dan kerja kerasnya akhirnya hubungan sepasang kekasih tersebut akhirnya direstui oleh orang tuanya atau ibunya. 


Dalam video klip tersebut terlihat sangat mendalami dan menjiwai peran yang dimainkan oleh masing-masing karakter.

Rabu, 16 Juni 2021

"Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia" Karya Taufiq Ismail

 Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Dapat di baca di bawa ini: 

http://kepadapuisi.blogspot.com/2013/07/malu-aku-jadi-orang-indonesia_295.html


Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan bahwa ada seseorang yang malu karena menjadi warga negara Indonesia. Seorang pemuda tersebut malu menjadi warga negara Indonesia, karena sistem pemerintahan & peraturan dalam negara Indonesia yang sangat meresahkan dan tidak semestinya. 

Hal ini dapat dibuktikan dari isi bait puisi tersebut yang menyatakan bahwa "di Negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu," dari secuil isi bait tersebut telah menunjukkan bukti bahwa birokrasi di Indonesia telah melakukan penghianatan dan penghianatan tersebut menjadi nomor satu di dunia ini. Hal ini sungguh memalukan dan nama negara Indonesia menjadi buruk. 

Jika puisi tersebut dikaitkan dengan hal yang menarik berdasarkan kenyataan tersebut, maka dapat di jabarkan sebagai berikut:

1. Para pejabat tinggi negara Indonesia sering melakukan tindak pidana korupsi, hal ini sangat memalukan, karena perbuatan tersebut adalah perbuatan buruk dan harus di hentikan bukan malah semakin meningkat angka korupsi di negar Indonesia ini.

2. Negara Indonesia sering berhutang kepada negara lain, ini juga termasuk perilaku yang memalukan.

3. Dan, pejabat tinggi memanfaatkan jabatannya untuk membahagiakan keluarganya saja, contohnya yakni A anak    DPR, Setelah lulus kuliah si A dapat menjadi anggota DPR karena dibantu oleh orang tuanya yang memiliki jabatan. Sedangkan, rakyat biasa dikesampingkan / di hiraukan. Sungguh memalukan dan menyedihkan perbuatan seperti itu. Seharusnya, jika menjadi pemimpin wajib bersikap adil kepada masyarakatnya.

Selasa, 15 Juni 2021

Kritik dan Esai "Malau (Aku) Jadi Orang Indonesia"

 Malau (Aku) Jadi Orang Indonesia

Dapat di baca di bawa ini: 

http://kepadapuisi.blogspot.com/2013/07/malu-aku-jadi-orang-indonesia_295.html


Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan bahwa ada seseorang yang malu karena menjadi warga negara Indonesia. Seorang pemuda tersebut malu menjadi warga negara Indonesia, karena sistem pemerintahan & peraturan dalam negara Indonesia yang sangat meresahkan dan tidak semestinya. 

Hal ini dapat dibuktikan dari isi bait puisi tersebut yang menyatakan bahwa "di Negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu," dari secuil isi bait tersebut telah menunjukkan bukti bahwa birokrasi di Indonesia telah melakukan penghianatan dan penghianatan tersebut menjadi nomor satu di dunia ini. Hal ini sungguh memalukan dan nama negara Indonesia menjadi buruk. 

Jika puisi tersebut dikaitkan dengan hal yang menarik berdasarkan kenyataan tersebut, maka dapat di jabarkan sebagai berikut:

1. Para pejabat tinggi negara Indonesia sering melakukan tindak pidana korupsi, hal ini sangat memalukan, karena perbuatan tersebut adalah perbuatan buruk dan harus di hentikan bukan malah semakin meningkat angka korupsi di negara Indonesia ini.

2. Negara Indonesia sering berhutang kepada negara lain, ini juga termasuk perilaku yang memalukan.

3. Dan, pejabat tinggi memanfaatkan jabatannya untuk membahagiakan keluarganya saja, contohnya yakni A anak DPR, Setelah lulus kuliah si A dapat menjadi anggota DPR karena dibantu oleh orang tuanya yang memiliki jabatan. Sedangkan, rakyat biasa dikesampingkan / di hiraukan. Sungguh memalukan dan menyedihkan perbuatan seperti itu. Seharusnya, jika menjadi pemimpin wajib bersikap adil kepada masyarakatnya.

Malau (Aku) Jadi Orang Indonesia


Dapat di baca di bawa ini: 


http://kepadapuisi.blogspot.com/2013/07/malu-aku-jadi-orang-indonesia_295.html


Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan bahwa ada seseorang yang malu karena menjadi warga negara Indonesia. Seorang pemuda tersebut malu menjadi warga negara Indonesia, karena sistem pemerintahan & peraturan dalam negara Indonesia yang sangat meresahkan dan tidak semestinya. 


Minggu, 06 Juni 2021

Cerpen "Setan Banteng" Karya Seno Gumirah Ajidarmo

 Setan Banteng

Dapat dibaca dibawah ini:

https://lakonhidup.com/2018/12/22/setan-banteng


Di dalam cerpen yang berjudul Setan Banteng karya Seno Gumira Ajidarma di atas menggambarkan tentang keberanian. Keberanian ini muncul ketika salah satu anak berani menjawab pertanyaan dari pimpinan rombongan. Padahal rombongan tersebut berisikan laki-laki. Namun, mereka tidak berani menjawab pertanyaan dari pimpinan rombongan dan hanya saling memandang satu sama lain. Akan tetapi, ada seorang anak yang tidak disebutkan namanya oleh penulis yang berani untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebut saja, anak pemberani tersebut adalah tokoh aku. Sebenarnya, pemimpin rombongan ingin menguji keberanian dari anak-anak kelas VI dan melatih keberaniannya tampil di depan teman-temannya. Keberanian di sini juga berarti sikap percaya diri.



Pesan yang Terkandung dalam Cerpen

Pesan yang terkandung dalam cerpen Setan Banteng di atas adalah sikap keberanian sangat penting di ajarkan kepada anak-anak sejak dini. Hal ini dilakukan untuk melatih rasa percaya diri anak-anak di depan umum. Pendidikan pertama yang harus mengajarkan mereka adalah orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik karakter anak, selain seorang guru atau dalam cerpen di atas adalah pemimpin rombongan.

Minggu, 30 Mei 2021

Kritik dan Esai Puisi " Sajak Palsu" Karya Agus R. Sarjono

 Sajak Palsu


Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah

dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar

sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah

mereka terperangah melihat nilai mereka

yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah

mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian

dan rasa hormat teman. Sambil tersipu palsu

dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru

dan bu guru terima juga amplop itu sambil berkata palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan

nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah

demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir

sebagai ekonom -ekonom palsu, ahli hukum palsu,

ahli pertanian palsu, insinyur palsu.

Sebagian menjadi guru, ilmuwan

atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi

mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebagai panglima

palsu. Mereka saksikan

ramainya perniagaan palsu dengan ekspor

dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan

berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus

dan hadiah-hadiah palsu tapi diam diam meminjam juga

pinjaman dengan izin dan surat palsu kepada bank negeri

yang pejabat pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga

dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka

uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu

sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis

yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam

nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu

meneriakkan semangat palsu dan mendebatkan

gagasan-gagasan palsu seminar

dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya

demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring

dan palsu.


1998


Keritik dan esai puisi dalan puisi "Sejak Palsu" Puisi tersebut mrrupakan betapa buruknya dan pengaruh pendidikan yang tinggi kepalsuan. Apapun itu semua dapat diubah tanpa melalui proses yang panjang. Pada puisi tersebut diawal sudah dikatakan jelas bahwa semua berawal dari dunia pendidikan di bangku sekolah. Saat sekolah disuguhi dengan perilaku-perilaku palsu dan bohong.


Puisi karya Agus R.  Sarjono memberikan gambaran dan pengaruh buruk yang terjadi jika semua penuh dengan kebohongan. Selain itu juga menyinggung kekuarangan puisi ini karena menggunakan bahasanya terlalu denotatif, sehingga tidak semua guru, melakukan hal-hal yang palsu sebagaimana yang digambarkan dalam puisi tersebut. Masih banyak guru-guru di negeri ini yang mencerminkan gelarnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sehingga tidak etis rasanya apabila kita katakan semua guru itu palsu. Selanjutnya guru yang baik tidak diuraikan dalam puisi ini. 


Solusinya adalah kita sebagai instansi pendidikan maupun yang lainnya agar lebih memerhatikan anak didik kita agar menjadikan mereka manusia yang terlahir sebagai jiwa pemimpin yang realistis dan penuh kejujuran. Perlu ditekankan juga adanya pembekalan moral dan karakter di dunia pendidikan.

Minggu, 23 Mei 2021

Kritik dan Esai Dua puisi Karya Widji Thukul

 PERINGATAN


Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gasat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!



Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu


Apa guna punya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

Berdiri gagah

Kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa

Rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu.

          

          Dalam puisi diatas “Peringatan” dan puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu”, menggambarkan semangat perjuangan masyarakat dan sindiran kepada pemerintah. Jika dilihat kedua puisi tersebut memiliki kesamaan makna yaitu perjuangan untuk kebebasan berpendapat. 

          Semua puisi yang ditulis oleh Widji Thukul selalu menunjukkan semangat untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat agar memperoleh keadilan, sehingga puisi-puisi karya Widji Thukul selalu memberikan inspirasi dan semangat.

          Dalam puisi “Peringatan” karya Widji Thukul memiliki 17 baris dan puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” karya Widji Thukul memiliki 15 baris. Dilihat dari kedua puisi tersebut memiliki kesamaan makna yaitu perjuangan untuk kebebasan berpendapat. memilih kata yang mudah untuk dipahami dan jelas namun berisi pesan yang bermakna.

Sabtu, 15 Mei 2021

Kritik dan Esai Puisi "Idul Fitri" Sutardji Calzoum Bachri

 


Idul Fitri

Puisi Sutadji Calzoum Bachri


Pedang tobat ini menebas-nebas hati


dari masa lampau yang lalai dan sia


Telah kulaksanakan puasa ramadhanku,


telah kutegakkan shalat malam


telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang


Telah kuhamparkan sajadah


Yang tak hanya nuju Ka'bah


tapi ikhlas mencapai hati dan darah


Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu


Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya


Maka aku girang-girangkan hatiku


Aku bilang:


Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam


Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang


Namun si bandel Tardji ini sekali merindu


Takkan pernah melupa


Takkan kulupa janji-Nya


Bagi yang merindu insya Allah ka nada mustajab Cinta


Maka walau tak jumpa denganNya


Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini


Semakin mendekatkan aku padaNya


Dan lebih dekat


semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa


O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini


ngebut


di jalan lurus


Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir


tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia


Kini biarkan aku meneggak marak CahayaMu


di ujung sisa usia


O usia lalai yang berkepanjangan


Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus


Tuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir


tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia


Maka pagi ini


Kukenakan zirah  la ilaha illAllah


aku pakai sepatu  sirathal mustaqim


aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id


Aku bawa masjid dalam diriku


Kuhamparkan di lapangan


Kutegakkan shalat


Dan kurayakan kelahiran kembali


di sana


Kritik dan Esai Puisi "Idul Fitri" Sutardji Calzoum Bachri

              Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941 adalah sastrawan Indonesia. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana. Ia pernah menjadi redaktur rubrik budaya "Bentara" di Kompas. Selain itu, sejak 1979 ia menjadi redaktur Horison. Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975.

Kritik dan esai puisi idul Fitri karya Sutardji calzoum Bachri

               Dalam puisi yang berjudul "idul Fitri" merupakan salah satu karya dari Sutardji calzoum Bachri. Puisi idul Fitri merupakan puisi yang menceritakan seseorang yang telah bertobat dan menyesali perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Iya telah melupakan dan menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk kesenangan dunia nya saja namun akhiratnya tidak dipikirkan. Kemudian ya bertobat dan memperbaiki dirinya dengan melakukan hal-hal yang baik menurut Islam. Iya mengisi bulan romadhon dengan perbuatan yang baik seperti salat, puasa, dzikir malam serta wirid tinggal menunggu datangnya malam Lailatul Qadar di mana malam itu merupakan malam yang penuh keberkahan dan memberikan hidayah yang luar biasa. Puisi yang berjudul idul Fitri karya Sutardji calzoum Bachri menceritakan seorang pemabuk yang hanya mementingkan dirinya sendiri kemudian mendapat hidayah dengan memperbaiki ilmu agamanya di bulan Ramadan dan mengikuti salat Ied. Di bulan Ramadan ia menyadarkan dirinya untuk mencari sebanyak-banyaknya pahala. Ia meyakini bahwa Tuhan akan memberikan sebuah keindahan Dan kebahagiaan Ketika seseorang mau merubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Setiap malam ia melakukan dzikir wirid salat agar mendapat pahala yang sebanyak-banyaknya sehingga ia bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar yang ia impikan dan ia memohon untuk tidak terjerumus dalam kehidupan di masa lalu yang tidak baik iya ingin hidupnya lebih baik untuk masa kini. Dalam akhir baitnya ia sangat bahagia karena bisa berjumpa dan merayakan idul Fitri. Ia membeberkan sajadah untuk melakukan salat Ied di lapangan. 

               Dalam puisi yang berjudul idul Fitri karya Sutardji calzoum Bachri ialah puisi tersebut menceritakan seseorang yang telah mengakui kesalahannya dengan bertobat dan memperbaiki perilakunya. Seorang pemabuk berat yang akhirnya sadar bahwa itu perbuatan yang tidak baik sehingga ia melakukan tobat di bulan Ramadan dengan memanfaatkan bulan suci untuk mencari pahala yang sebanyak-banyaknya dengan melakukan salat puasa wirid dzikir malam hingga datangnya idul Fitri dan melakukan salat Ied di lapangan. Ia menyesali perbuatannya ia berjanji akan melakukan perbuatan yang lebih baik dan tidak akan masuk ke dalam lingkungan yang tidak baik seperti yang dahulu ia lakukan. Ia menyadari bahwa betapa pentingnya belajar agama dan mematuhi perintah Allah. Puisi tersebut sangat menarik untuk dibaca karena kata-kata dan bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami untuk pembaca sehingga pembaca tidak kesulitan dalam memahami isi puisi tersebut. Puisi yang berjudul idul Fitri karya Sutardji calzoum Bachri juga sangat baik dibaca dan bisa menjadi motivasi bagi pembaca untuk melakukan perbuatan yang lebih baik lagi sehingga tidak menyia-nyiakan hidup dan melalaikan kewajiban sebagai umat muslim.


Jumat, 07 Mei 2021

Kritik Puisi "Hantu Kolam", "Hantu Musim" dan "Hantu Dermaga"

 Puisi di atas merupakan salah satu karya seorang sastrawan yang bernama Mashuri. Mashuri lahir di Lamongan 27 April 1976. Mashuri adalah lulusan dari Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada. Mashuri telah banyak menulis puisi, cerpen, esai, novel, naskah drama, sejarah lokal, dan kajian ilmiah. Salah satu hasil karya beliau adalah puisi di atas dengan judul “Hantu Kolam”, “Hantu Musim”, dan “Hantu Dermaga”.

Menurut Pradopo (2009:7), puisi merupakan ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.Seperti dalam puisi di atas, setiap judulnya diawali dengan kata “Hantu”. Kata hantu merujuk pada arwah seseorang yang telah meninggal dunia atau sosok yang kasat mata, tidak dapat dilihat dengan jelas.

Dalam puisi pertama dengan judul sowan tersebut menggambarkan bahwa kehidupan yang ada saat ini bahwa kita sebagai manusia tersebut harus menjalani kejamnya kehidupan yang ada saat ini serta kita harus senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Selain itu kita sebagai manusia juga harus memiliki wawasan yang luas karena dengan wawasan luas tersebut kita dapat membangun sebuah kemajuan dalam peradaban ini selain itu pula kemenangan dalam pesta tersebut dapat kita raih dengan prestasi ataupun apresiasi keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing individu yang juga merupakan makhluk sosial yang hidup harus berdampingan dan juga butuh bantuan serta bergotong royong dan hidup dalam kerukunan didalam beragama dikarenakan dalam hal tersebut bahwa perbedaan itu sangat indah.

Di dalam puisi yang pertama dengan judul “Sowan” ini memiliki makna yaitu pada baris awal-awal dalam bait puisi tersebut yaitu

akhirnya sampai juga aku di tepi danaumu, mencicipi

bening tirta, mencoba menjadi pengail dekil yang tak

berharap dapat menangkap ikan-ikan purwapurna, kerna

miskin teknik, umpan, dan doa.

Di mana makna puisi tersebut adalah suatu pencapaian dalam memperjuangkan untuk mendapatkan misi kehidupan ini tersebut haruslah butuh sebuah pengorbanan karena dengan pengorbanan tersebut kita bisa belajar sesuatu dari sebelumnya agar kita dapat menjadi orang yang lebih baik kedepannya nanti karena kesuksesan yang kita raih saat ini tersebut merupakan bibit yang kita tanam dimasa lalu yang nantinya akan menjadi buah yang bermanfaat dimasa yang akan datang.

                 Kemudian puisi yang kedua  yaitu dengan judul hantu musim karya mashuri. Puisi ini sudah diawali dengan kata hantu namun pada maknanya tidak ada kaitanya dengan hantu. Puisi hantu musim memiliki makna atau menggambarkan suasana sawah yang sedang berganti musim. Semua tanaman yang ada di sawah tumbuh dengan subur seperti padi dan lainnya. Pada puisi tersebut memiliki makna yang sangat menarik karena menggunakan bahasa yang tidak mudah atau tidak biasa digunakan sastrawan yang lainnya. Kata hantu pada puisi ini mengisahkan sebuah petani yang sedang was-was karena adanya musim yang berganti karena mereka bisa mengalami gagal panen pada musim ini. Perubahan musim pada puisi ini mengibaratkan sosok hantu yang menakutkan bagi para petani.

Kemudian puisi yang ketiga yaitu yang berjudul “Hantu Dermaga” ini, namun sama seperti halnya pada puisi kedua dan ketiga tidak ada kaitannya dengan sosok hantu melainkan penulis mengibaratkan bahwa sebuah kondisi saat kapal sedang berlayar atau mengambang di lautan, sebuah hal yang menakutkan karenakita tidak tahu apa yang akan terjadi karena hanya ada lautan tanpa daratan, sama halnya dengan sosok hantu yang dikenal menakutkan.

            Pada puisi pertama terdiri dari 4 bait dan 23 baris, puisi kedua terdiri dari 3 bait dan 19 baris, puisi ketiga terdiri dari 2 bait dan 20 baris. Setiap karya sastra memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari puisi di atas yaitu ketiga puisi tersebut memiliki keterkaitan yaitu dimana judulnya berkaitan dengan kata “Hantu”, kemudian jika dilihat dari puisi pertama, kedua, dan ketiga baitnya berurutan yaitu 4, 3, dan 2, selain itu puisi di atas ditulis dalam tahun yang sama yaitu 2012. Kekurangan dari puisi di atas adalah pemilihan kata yang digunakan sulit untuk dipahami, sehingga sulit untuk memahami makna dari puisi tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap penulis, sastrawan, memiliki gaya menulis mereka masing-masing, hal tersebut membuat hasil karya sastra mereka menjadi menarik untuk dinikmati

Sabtu, 24 April 2021

Kritik Esai Cerpen "Sulasteri dan Empat Lelaki"

 Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki


Kisah Sulastri dan Empat Lelaki mengenah dihati pembaca. Gaya bahasa yang dipakai sederhana dengan istilah-istilah yang sering didengarkan oleh khalayak ramai. Sementara itu, perjalanan Sulastri terkesan seperti masa lampau. Ketika zaman nabi Musa AS, saat berpijak dengan keteguhan bahwa masih ada penolong yang menjadi pegangan. Dengan begitu, Sulastri meminta setulus hatinya agar ditolong dari kekejaman Firaun pada kisah tersebut, yang ingin memerbudak Sulastri dengan paksa dan perintahnya. Tidak luput dengan campur tangan polisi dan perantara yang memang sudah berdiskusi di balik layar dengan memerjual belikan manusia dengan embel-embel pulang ke tanah air tercinta. Nyatanya uang seribu real itu dipergunakan untuk menyuap polisi dan masuk ke kantong perantara sebagai uang tranportasi dan uang makan. Sementara Sulastri juga tidak memunyai uang tersebut. Suaminya, Markam seorang yang suka bertapa di dekat makam sungai Bengawan Solo yang diyakini akan membawa berkah. Tetapi ketika Markam pulang selalu dengan tangan hampa. Anak dan istrinya ditelantarkan dengan kesia-siaan waktu yang dipergunakan bertapa. Sungguh malang sekali nasib Sulastri. Sudah jatuh, tertimpa pohon.

Dalam kutipan di atas digambarkan bahwa Fir’aun yang seolah menampakan diri di depan Sulastri, kemudian Fir’aun mengejar Sulastri karena menganggapnya sebagai budak yang menyembahnya. Sulastri yang ketakutan pun berlari menghindari kejaran Fir’aun. Jika mengingat kisah tentang penguasa Mesir yang bengis dahulu yaitu Fir’aun, ia menganggap bahwa dirinya sebagai Tuhan dan semua orang harus tunduk dan patuh terhadap perintahnya, oleh sebab itu, Allah SWT menurunkan Nabi Musa AS untuk menyadarkan Fir’aun.

          Selanjutnya, Sulastri yang terus berlari dari kejaran Fir’aun akhirnya melompat dari atas tanggul, di sana Sulastri ditampakan oleh seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang, dan menggunakan kain putih menutup perut hingga lutut yang dikenal sebagai Nabi Musa AS. Dalam kutipan sebagai berikut. Di depannya muncul seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang. Lelaki itu mengenakan kain putih menutup perut hingga lutut...Wajah tampak teduh. Tangan kanannya membawa tongkat dari kayu kering...

          Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini tidak hanya membahas mengenai keterkaitan antara kisah Nabi Musa AS saja, namun juga membahas mengenai kejadian yang sering terjadi di Indonesia dimana seseorang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan bahkan tergolong musyrik yaitu melakukan ritual untuk mendapatkan benda-benda yang dianggap sakral atau memiliki kemampuan magis yang dapat mendatangkan kekayaan. Hal tersebut digambarkan terjadi pada suami Sulastri yang bernama Markam dalam kutipan sebagai berikut.

Ya, Musa….” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini tidak hanya membahas mengenai keterkaitan antara kisah Nabi Musa AS saja, namun juga membahas mengenai kejadian yang sering terjadi di Indonesia dimana seseorang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan bahkan tergolong musyrik yaitu melakukan ritual untuk mendapatkan benda-benda yang dianggap sakral atau memiliki kemampuan magis yang dapat mendatangkan kekayaan. Hal tersebut digambarkan terjadi pada suami Sulastri yang bernama Markam dalam kutipan sebagai berikut.

...dia menatap ke seberang sungai ke arah Desa Titik. Tampak ada kuburan yang dirimbuni pepohonan besar. Di sana ada seorang lelaki bertapa menginginkan kehadiran benda-benda pusaka, membiarkan istri dan anak-anaknya jatuh bangun mempertahankan nyawa. (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

Hal seperti itu sangat sering terjadi di Indonesia, meskipun di jaman yang serba digital saat ini pun hal-hal seperti itu masih sering ditemui. Saat melihat siaran berita di televisi terkadang masih banyak berita-berita yang membahas mengenai hal-hal seperti itu, saking tenarnya ada sebuah acara di televisi yang mengangkat tema mengenai kejadian-kejadian mistis atau akibat dari melakukan pesugihan dan banyak orang yang suka untuk menonton acara tersebut termasuk saya, hal tersebut berguna untuk mengambil pesan-pesan positif yang ingin disampaikan, sehingga acara dengan mengangat tema hal-hal yang mistis pun mendapatkan rating yang tinggi. Sebenarnya di Indonesia sendiri hal-hal mistis sudah seperti kebudayaan yang mengakar sejak jaman dahulu namun kita harus bijak dalam bertindak, jika hal-hal seperti itu digunakan untuk hal yang positif misalnya untuk melestarikan kebudayaan dan menghormati para leluhur kita tentu boleh saja dilakukan, namun jika hal seperti itu dilakukan untuk hal yang negatif seperti untuk kepentingan pribadi dan menjerumus ke arah musyrik tentu saja hal tersebut tidak boleh untuk dilakukan.

“Saya seorang perempuan, ya Musa.”

“Perempuan atau laki diwajibkan mengubah nasibnya sendiri.”

Sebuah kutipan yang menarik. Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan sebenarnya perempuan dapat menjadi diri mereka sendiri. Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk bekerja. Namun seringkali perempuan sendiri tidak sadar bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menentukan nasib mereka sendiri. Dalam kutipan tersebut sosok Musa adalah orang yang menyadari betul bahwa laki-laki dan perempuan ialah hakikatnya sama untuk menentukan nasibnya sendiri. Perempuan dapat bebas dan tidak bergantung pada laki-laki.   

Adapun juga dalam cerpen tersebut menceritakan perempuan mengalami bentuk kekerasan. Ada beberapa kekerasan yang dialami oleh Sulastri. Kekerasan tersebut ialah kekerasan secara fisik. Kekerasan fisik sendiri yang dialami ialah ketika Sulastri saat tertangkap oleh Firaun dan rambutnya ditarik hingga jebol. Hal tersebut menunjukan bahwa perempuan seringkali mengalami bentuk kekerasan fisik. Tidak hanya dalam cerpen tersebut, di kehidupan nyata sendiri banya sekali perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan dari laki-laki. lihat saja di Indonesia  banyak sekali kekerasan yang dialami oleh perempuan. Mulai dari KDRT dan sebagainya. Maka dari itu  para aktivis menekankan agar RUU PKS untuk segera disahkan.

Dalam cerpen berjudul sulastri dan empat lelaki ini, sangat jelas digambarkan ekonomi yang dialami oleh sulastri sangatlah jauh dari kata sempurna. Memang benar, di dunia ini tidak ada yang sempurna karena, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Tetapi, ekonomi sulastri ini sangat tragis sekali. Dan budaya di negara sulastri sangat kental sekali, kentalnya melebihi susu kental manis. Hal ini terlihat dari masih adanya peraturan bahwa budak harus patuh kepada perintah tuannya. Saat sulastri ditinggalkan oleh suaminya, ia pun dikejar-kejar oleh firaun, karena firaun meminta ia untuk mematuhi perintahnya sebagai tuan. Sulastri pun tidak menggubris perintah firaun tersebut, akhirnya sulastri pun berlari untuk menjauh dari firaun, tetapi firaun pun tak menyerah dan terus mengejar sulastri. Namun, saat diperjalanan sulastri pun bertemu dengan sosok yang ia panggil musa, dan musa pun memberikan bantuan kepada sulastri agar terhindar dari firaun. Bantuan tersebut berupa sebuah tongkat dan tongkat tersebut dapat membuat firaun musnah.

Jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, tentunya ini tidak logis. Karena, di tahun 2021 ini sudah termasuk dalam era modern dan teknologi semakin berkembang sangat pesat. Jadi, hal tersebut tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia-manusia jaman sekarang. Jika ada seseorang akan dibunuh oleh penjahat, maka sesorang tersebut akan berlari ke kantor polisi untuk meminta perlindungan kepada polisi, agar terhindar dari penjahat tersebut. Jika, seseorang tersebut berada di kantor polisi maka, tidak akan dibunuh oleh penjahat. Karena, penjahatnya pun tidak berani menginjakkan kakinya di kantor polisi, hal tersebut sama saja dengan ia menyerahkan diri ke kandang harimau. 

Itu di kehidupan nyata benar-benar logis sekali yang dilakukan berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh sulastri dalam cerpen tersebut. Terkait dengan religi dalam cerpen tersebut, sangat jelas bahwa semua manusia menyembah berhala dan matahari. Mereka tidak menyembah tuhan yang telah menciptakkan ia di dunia ini. Dari segi religi saja sudah salah, maka terlihat jelas bahwa kehidupan mereka sangatlah rumit. Mereka tidak menyembah tuhan melainkan yang mereka sembah adalah berhala. 

Suami sulastri pun juga menyembah berhala, maka kehidupannya pun menjadi tersesat. Sama saja seperti ada jalan menuju surga tetapi ia lebih memilih jalan menuju neraka. Terlihat bahwa kehidupan, sikap dari suami sulastri sangatlah buruk. Jika, dikaitkan dengan kehidupan nyata hal ini masih banyak dilakukan oleh beberapa manusia di dunia ini. Walaupun zaman sudah modern, tetapi masih saja ada manusia yang menyembah seperti itu. Misalnya, bertapa di gua, laut, bahkan berguru dengan orang pintar (Dukun) untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Bahkan, bisa juga untuk memusnahkan manusia yang ia benci. Dengan cara pergi ke dukun untuk mengirim santet kepada lawan. Hal ini masih ada di Indonesia. Yang mereka lakukan tersebut sangatlah hal yang merugikan, karena hidup di dunia ini hanya satu kali, maka berbuatlah sebaik mungkin. Bahwa kehidupan yang abadi adalah di alam akhirat.

Amanat yang dapat diambil oleh pembaca cerpen berjudul sulastri dan empat lelaki adalah;

a. kita sebagai manusia harus sadar dalam hal baik maupun buruk. 

b. kita sebagai manusia aharus ikhlas dalam membatu dalam semama manusia 

c. Jadilah manusia yang berilaku dalam kepemimpin yang adil untuk rakyatnya.

d. Jangan pernah mengikuti ajakan setan ( Menyembah berhala, dan lain-lain).


KRITIK ESAI LIMA CERPEN M. SHOIM ANWAR

Dalam dunia sastra, nama M. Shoim Anwar tidak asing lagi. Sastrawan yang lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur sudah berada di du...